Thursday, 20 October 2011

[Noob's Tricks] Rutinitas Seekor Sapi Perah

Sebenarnya kemarin saya mau sharing jadwal aktifitas peternakan sapi perah, tapi sayangnya keganjel dengan aktifitas di kandang yang padat--Ngawasi kondisi kandang dan nganterin susu-susu sample untuk calon-calon customer baru yang penasaran dengan kualitas susu para srikandi dunia ruminansia ini!

Memang--lebih bagus kalau pemberian pakan (baik hijauan maupun konsentrat) diberikan ketika sapi berkicau, eh salah, melenguh (yang kalau nggak salah, ini definisi bahasa Indonesianya buat kata "moo"), tapi ada beberapa pertimbangan ketika aktifitas makan dan memerah diatur juga, yaitu sebagai berikut :
  1. Mengendalikan banyaknya pemberian pakan, karena biaya pakan adalah biaya yang paling "rakus" dalam moo-preneurship, dengan jadwal pemberian pakan, kita bisa menghitung dengan jelas berapa banyak pakan yang harus kita keluarkan dalam waktu sehari.
  2. Menambah efektifitas--khususnya, pada pemberian konsentrat, konsentrat adalah booster bagi gizi pakan ternak kita, dan konsentrat adalah makanan yang paling disukai ternak (Apalagi kalau sapi-sapi sudah mencium bau konsentrat, bisa ngamuk dibuatnya karena ngebet banget!)--tapi kalau diberikan semaunya, bukannya malah jadi sehat--tapi malah jadi mengalami mencret-mencret!
  3. Lagi-lagi--menambah efektifitas kerja karyawan, bayangkan apabila segalanya random, perasaan kerjaan di kandang bakal nggak puguh dan semrawut, apabila jadwal "ngandang"-nya lebih jelas peruntukannya, karyawan punya waktu untuk istirahat dan melakukan "side quest" lainnya.

Mohon ijin untuk sharing jadwal ngandangnya peternakan kami :

0400 - 0430 -- Bersih2 kandang dan mandiin ternak, morning snack (istilah pemberian hijauan sebelum perah pagi)

0430-0500--Perah pagi dan setor susu ke Pos Penyetoran Susu.

0530-0600--Pemberian konsentrat+vitamin.

0600-1400--Free time! Tapi kondisi sapi tetap dipantau dan tetap diberikan pakan hijauan apabila wadah pakan mulai kosong, plus bersih-bersih kotoran sapi.

1400-1500--Bersih2 kandang dan mandiin ternak sambil tetep ngasih pakan hijauan.

1500-1600--Perah sore dan setor susu ke Pos Penyetoran Susu.

1600-1630--Pemberian konsentrat+vitamin.

1630-0400--Free time! Tapi kondisi sapi tetap dipantau dan tetap diberikan pakan hijauan apabila wadah pakan mulai kosong, plus bersih-bersih kotoran sapi.



Kalau ada kesalahan itu memang murni dari saya--dan mohon dibantu untuk dikoreksi, apabila semuanya benar adanya itu semata-mata milik Yang Memiliki Ilmu.



Salam Moo-preneur!

Tuesday, 18 October 2011

[Noob's Knowledges] Porsi Ideal Buat Sapi

Sebenarnya, dalam pemberian pakan sapi, lebih idealnya adalah memberi makan sampe sapi itu kenyang--salsahsatu ciri-cirinya adalah, LANGSUNG TIDURAN--dan ini bisa dikatakan kalau kebutuhan pakan sapi yang kita pelihara sudah terpenuhi--dan kelebihan malahan!

Tapi banyak dari kita yang punya pertimbangan ekonomis dan geografis (Lho apa hubungannya dengan pelajaran geografi?? Ada, donk!.. Karena salahsatu tantangan terberat adalah, mulai maraknya alih-fungsi lahan dari lahan rumput jadi lahan pertanian--dan jadi lahan pemukiman)


This is my mostly dreams! Sapi bisa bergerak bebas di tengah ladang rumput yang banyak--I must chased and fulfilled it!




Rumus kebutuhan basic untuk memenuhi kecukupan kebutuhan sapi perah tersebut dalam satu hari adalah :

  • Kebutuhan hijauan sebesar 10% dari Berat Badan sapi+lebih bagus dengan tambahan variasi tumbuh-tumbuhan jenis kacang-kacangan, alias bahasa kerennya leguminosae atau fabaceae.
  • Kebutuhan konsentrat sebesar 1-2% dari Berat Badan, lebih bagus lagi kalo diberikan dua kali sehari, yaitu sesudah perah pagi dan perah sore.
  • Kebutuhan air bersih sebesar 10% dari Berat Badan.
Contoh Soal (Halagh!)

Sapi perah betina kita memiliki berat badan rata-rata 450 kilogram, jadi berapa banyak kebutuhan pakannya dalam satu hari??

Easy like a click (tapi lumayan susah buat prakteknya.) :

  • Kebutuhan hijauan (10%) 450 kilogram/100 persen*10 persen = 45 kilogram/hari!
  • Kebutuhan konsentrat (1-2%) 450 kilogram/100 persen*2 persen = 9 kilogram/hari (dengan asumsi 4,5 kilogram/pemberian)
  • Kebutuhan air bersih? Errr!.. Saya masih belum ngerti itung-itungan matematisnya, gampangnya, sih, air bersih untuk minum selalu ready stock di wadah masing-masing. *LOL*

Akan lebih baik lagi ketika sebelum pemberian pakan, kita sudah mengetahui berat badan rata-rata sapi kita (pada umumnya untuk sapi perah betina lokal kita memiliki berat badan 350-450 kilogram) dan menimbang dahulu pakan-pakan yang akan diberikan
--supaya kita memiliki informasi aktual pengeluaran pakan yang berujung kita bisa mengontrol biayanya! ;)


Kalau ada kesalahan itu memang murni dari saya--dan mohon dibantu untuk dikoreksi, apabila semuanya benar adanya itu semata-mata milik Yang Memiliki Ilmu.


Salam Moo-preneur!

Sunday, 16 October 2011

[Noob's Tricks] Rules of Thumb of Moo-preneurship.

Gara-gara terlalu semangat untuk menyalurkan pengalaman dan ingatan saya yang mencuat ketika bangun tidur--Terbukti, lho! Bangun pagi-pagi bisa mengeluarkan ide-ide segar!--saya sampai kelupaan Rules of Thumb alias peraturan-peraturan dasar dalam moo-preneurship.

Peraturan-peraturan dasar dalam moo-preneurship adalah :

1.) Lokasi di mana akan didirikannya peternakan sapi tersebut.


ini adalah contoh lokasi yang SANGAATTTT diidam-idamkan, dan sekarang sedang berusaha untuk meraih impian ini! ;)

Lokasi menentukan prestasi--bukan hanya dalam ilmu percontekan yang menjadi aturan dasarnya--walau sekarang aturan tersebut sudah usang, karena sistem kursinya sudah menggunakan random--dalam moo-preneurship juga dibutuhkan, khususnya apabila memutuskan untuk berusaha di bidang sapi perah.

AFAIK, sapi perah adalah binatang yang paling sensitif terhadap udara dan cuaca, sapi perah ideal dan optimalnya berada di kawasan datarangan tinggi yang memiliki suhu yang lebih dingin dan udara yang lebih sejuk, sebenarnya bisa saja beternang di dataran lebih rendah dan hangat, tapi--AFAIK, bersiap-siap saja dengan sapi yang gampang rewel karena heat stress yang mengakibatkan produksi susu menurun--sedangkan sapi potong, cukup fleksibel dalam posisinya.

Oh ya! Pastikan lokasi peternakannya agak jauh dari pemukiman penduduk--apalagi lingkungannya bukan lingkungan para peternak sapi, tapi apabila mendirikannya di kawasan peternak sapi (Saya salahsatu contohnya! Hehehe.) anda bisa sedikit bernapas lega.


2.) Kandang yang "Representatif".


Mudah-mudahan kandang kami yang baru kelar direnovasi--dan masih berantakan--bisa mewakili kandang yang representatif. :)

Hal ini saya akui adalah hal yang paling susah-susah gampang, karena persyaratan kandang ternak lumayan ketat, yaitu : Teduh (Ya iyalah!), memiliki sirkulasi udara yang cukup, pencahayaan yang pas, dan "seatpitch" tempat sapi yang cukup lega dengan rasio AFAIK lebar sapi+1 atau 2 meter lebihan untuk kanan dan kirinya (Lebih direkomendasikan kalau lebarnya cukup untuk dipakai sapi itu beraktifitas dengan leluasa dan buang hajat!)

Ngomong-ngomong soal buang hajat, ada muncul mitos kalau sapi itu jorok karena suka buang hajat seenaknya. Sebenarnya mitos itu nggak benar, karena sapi memiliki naluri untuk memisahkan tempat antara tempat di hidup dengan kakusnya--mitos ini terjadi karena lebar kandang yang kurang representatif bagi kenyamanan sapi itu sendiri.

Oh ya, jangan lupa dengan saluran limbah kotoran yang selalu lancar dan disediakan lahan terbuka untuk digunakan sebagai tempat pembuangan--tapi kalau punya rezeki, bisa ditampung untuk dijadikan biogas itu lebih baik! ;)


3.) Sapinya, tentu!



believe or not, di moo-preneurship, sapi ini bisa dikategorikan "Luna Maya"-nya sapi perah! XD

Memilih teman-teman berbuntut kita yang cantik-cantik ini juga perlu diperhatikan serius, karena kondisi fisik sapi juga berpengaruh pada kesehatan dan performa produksi susunya, ada beberapa aspek yang dijadikan untuk menentukan seberapa bagusnya sapi perah tersebut :

  • Mata bersinar dan mengkilap, terlihat sehat, segar, dan dua-duanya normal.
  • Hidung pun keringetan melulu.
  • Punggung harus lurus mantap, persis kayak papan tulis, enggak bungkuk juga enggak mencong ke dalam.
  • Keempat kakinya juga tegak berdiri kayak pondasi gedung, tidak membentuk X maupun Y.
  • Ambing berbentuk seperti bodi perahu, fully ovale, besar, dan terlihat banyak uratnya.
  • Puting berjumlah sama dan simetris satu sama lain dan ketika dicoba diperah, air susu keluar dengan lancar.
  • Kalau dilihat dengan serius dari depan dan belakang, sapi terlihat berdiri rata--ini berarti sapi tidak cacat atau mengalami sakit karena ada luka atau penyakit pada kaki atau telapok kukunya.
  • AFAIK, sapi perah yang bagus adalah sapi perah yang masuk laktasi pertama alias baru beranak sekali, ini bisa dilihat dari garis melintang di tanduknya dan garis tanduk ini sering dipakai untuk dasar penentuan umur produktifitas sapi, dan yang bisa dibilang masih produktif adalah sapi perah pada masa laktasi pertama hingga keempat, untuk selanjutnya bisa dikatakan sudah mulai tua dan menurun produktifitasnya.
  • Perhatikan berapa banyak kemampuan menghasilkan susu per harinya, apabila produksi susunya < 10 liter, bisa dibilang payah, sedangkan produksi susunya 10-15 liter, bisa dikatakan kategori bagus, sedangkan diatas 15 liter sering disebut sapi super.
Kalau mau yang lebih "hardcore" lagi, bisa digunakan standar penilaian kompetisi "Miss Universe"-nya para sapi perah di LINK INI! ;)

Ada yang harus sangat diperhatikan ketika melihat umur produktif sapi dengan memperhatikan guratan tanduk, kadang ada penjual sapi perah yang nakal dengan mengkikir tanduk biar tidak kelihatan garis umurnya supaya terlihat masih muda, ini membutuhkan kejelian kita dalam menyeleksi sapi yang akan kita beli!

Well, nggak cuma umur saja yang dikadali, kemampuan produksi susu juga sering diakali oleh penjual sapi--dan saya mendapatkan pelajaran berharga dalam masalah ini, waktu itu saya sedang mencari sapi perah, lalu saya ditawari seekor sapi yang diiming-imingi memiliki kemampuan produksi 15 liter/hari dan waktu itu saya mencoba memastikannya untuk melihat perahan sorenya tujuh liter (karena hitungan saya perahan pagi lebih banyak 1-3 liter dari perahan sore) dan nggak pake ragu lagi saya pun membeli sapi tersebut!

Tapi apa boleh dikata--setelah menjadi bagian dari keluarga kandang kami, ternyata performanya mengecewakan--hanya 1,5 hingga 3 liter/hari untuk perahan pagi dan 1 sampai 1,5 liter untuk perahan sore, padahal saya sudah memberi pakan sebaik dan semaksimal mungkin. :( ) ternyata ketika saya sharing pengalaman saya dengan peternak lainnya--ada kemungkinan Saya merupakan korban sapi yang puasa diperah (pagi tidak diperah tapi nanti diperah untuk sore agar terlihat banyak perahannya.) *tepok jidat*

Karena pengalaman tersebut, saya memiliki beberapa cara untuk memeriksa apakah sapi perah yang akan dibeli :
  1. Periksa dengan baik kondisi sapi sesuai dengan rules of thumb dalam sapi ideal.
  2. Periksa dengan baik guratan tanduknya dengan baik-baik, karena mau dikikir sehalus apa pun, tetap kelihatan guratannya.
  3. Apabila ingin melihat hasil perahan susu yang sebenarnya, lakukan pemeriksaan secara insidentil, jangan membuat janji dengan si penjual agar kita bisa melihat hasil perahan susu teraktual dan mengurangi kesempatan si penjual "membedaki" sapi yang akan dijual.
  4. Lebih bagus sapi yang akan kita beli difoto seluruh badan dan pose, karena ada kasus yang mau dibeli Sapi A dan kembali dicocokkan kembali sebelum "ijab-kabul", ternyata yang dilepas ke kita adalah Sapi B--yang produksinya lebih jelek--yang kondisi dan ciri-ciri fisiknya beda-beda tipis.
  5. Pastikan kita untuk mengetahui apa saja jenis dan berapa banyak porsi pakan si sapi yang akan dibeli sehingga menghasilkan kemampuan produksi sebesar itu, karena tiap sapi kadang beda perlakuannya--dan kalau dihantam rata, ada yang produksinya malah menurun.
4.) Moo-d!.. We need Moo-d!.. *Maksain Mode On*

Ini adalah bagian tervital dan paling banyak mengeluarkan biaya dalam moo-preneurship, karena untuk mendapatkan susu yang berkualitas, sapi harus mendapatkan asupan pakan yang bergizi, di Indonesia, pakan yang sering dipakai oleh para peternak sapi adalah :

king grass, salahsatu rumput andalan peternak Indonesia, karena tumbuhnya yang cepat--apalagi kalau dalam musim hujan!
  • Rumput hijauan, dan yang dijadikan primadona oleh para peternak adalah rumput jenis king grass, kelebihannya adalah hanya butuh satu setengah bulan untuk berkembang (dari masih bibit) dan butuh seminggu setengah untuk tumbuh kembali (untuk king grass yang sudah siap potong)


konsentrat adalah salahsatu bahan makanan pendukung pagi ternak, apabila komposisi gizi konsentrat selalu terjaga, hanya bermodal rumput dan konsentrat+jerami untuk darurat, sudah bagus.
  • Konsentrat, yang merupakan booster bagi pakan ternak karena kandungan gizi yang lebih banyak dan lengkap ketimbang sekedar rumput hijauan, biasanya terdiri dari mix-max dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, kedelai, dll--biasanya tiap pabrik konsentrat sering memiliki variasi sendiri.

jerami adalah pakan darurat bagi ternak apabila hijauan sedang tidak ada, ibarat mie instant di dunia manusia, jerami hanya bersifat mengenyangkan dengan kandungan protein dan vitamin yang nyaris tidak ada.
  • Jerami, yang biasanya berasal dari batang-batang padi sisa penggilingan, sering dipakai untuk dijadikan emergency food ketika pakan utama seperti rumput hijauan dan konsentrat sedang tidak ada, not really reccommended buat dijadiin pakan tetap, karena kandungan seratnya lebih banyak ketimbang protein dan vitamin yang ada pada rumput hijauan.


ampas tahu adalah "booster" bagi turunnya kualitas konsentrat yang paling sering dipakai.
  • Ampas tahu, ampas kecap, ampas bir, berbagai macam ampas-ampasan yang sebagian besar berasal dari kacang kedelai, fungsinya sebagai patch bagi kualitas konsentrat--yang selalu jadi masalah bagi usaha pabrik konsentrat yang belum mampu mengendalikan kualitasnya--yang menurun, tapi karena terlalu seringnya turunnya kualitas konsentrat, ampas-ampasan ini akhirnya menjadi "pakan wajib" bagi ternak sapi perah.
Dalam dunia moo-preneurship, ini adalah salahsatu tantangan terbesar--dan makin membesar karena kualitasnya yang semakin nggak jelas--yang harus bisa dihadapi dan dicari solusinya, karena biaya pakan kira-kira hampir 60 persen menguasai biaya operasional keseluruhannya.

Alhamdulillah, untuk masalah lahan dan sapi, bisa dibilang sudah beres--apalagi seminggu yang lalu baru beres merenovasi kandang. Kini tinggal masalah pakan ternak yang ada di hadapan saya--dan sampai sekarang saya masih putar otak untuk menemukan solusinya.

Hmmm! Kelihatannya masih belum lengkap dan jelas penjelasannya, mudah-mudahan saya sempat untuk memutakhirkan lagi supaya makin lengkap.

Kalau ada kesalahan itu memang murni dari saya--dan mohon dibantu untuk dikoreksi, apabila semuanya benar adanya itu semata-mata milik Yang Memiliki Ilmu.


Salam Moo-preneur!

[Noob's Tricks] Hey! Sapi Juga Butuh Didata Woy!

"Pak, sapi yang pojok kanan nomer satu sudah bunting tujuh bulan."

"Pak, sapi yang pojok kiri nomer tiga andalan di sini."

"Pak, sapi nomer empat di kanan."

"Pak pedet yang keturunan sapi Australi."

"Pak, yang buntutnya belang."


Argh! Bener-bener sakit kepala harus menghapal posisi sapi tak bernama yang ada di kandang--tantangan pertama yang saya hadapi ketika usaha peternakan sapi perah yang awalnya dipegang oleh Pak Ujay yang tak amanah itu, sudah diakuisisi oleh keluarga kami dan dipegang oleh saya.

Gila saja--saya paling sulit untuk menghapal ciri-ciri sapi perah yang saya dan pekerja saya yang harus kami pertanggungjawabkan yang berjumlah belasan ciri-cirinya! Memang, sih, sudah pernah diberi nama-nama untuk mereka ketika sempat diusulkan ketika kandang kami masih di-manage oleh Pak Ujay dengan menggunakan sistem kode--tapi sayangnya tidak terealisasi.

Well, curhatan di atas adalah beberapa cuplikan pengalaman saya ketika menghadapi minimnya--bahkan tidak adanya--pendataan mengenai sapi-sapi perah di moo-preneurship, mungkin ada yang bertanya--seberapa pentingnya, kah, penamaan dan pendataan ini?

Jawabannya?

Sama pentingnya dengan pendataan umat manusia di Indonesia! ;)

Ada beberapa maksud dan tujuan penting dalam pemberian nama dan mendata sapi-sapi kita dalam moo-preneurship yang saya pahami, yaitu :
  1. Mempermudah mengenali dan membedakan antara sapi satu dan sapi lainnya--apalagi kalau sapinya kembar--akan lebih baik lagi dicantumkan dengan foto-foto sapi dengan berbagai posisi.
  2. Mempermudah dalam memantau kesehatan (kondisi tubuh dan berat badan) dan keluar-masuk sapi kita di kandang--akan lebih bagus dengan menggunakan konsep logbook, sehingga terpantau kapan sapi sakit dan diberi pengobatan berupa apa, kapan sapi masuk ke kandang dan keluar dari kandang dengan harga yang kita jual/beli.
  3. Mempermudah dalam memantau performa hasil perahan sapi-sapi kita--akan lebih bagus kalau dibuat tabel pemasukan perahan pagi, perahan sore, dan total hariannya, plus dibuat pembukuan bulanan sehingga terlihat progress/regress-nya sapi anda.
  4. Mempermudah dalam menyusun "akta kelahiran" pedet yang lahir di kandang kita untuk menghindari "incest"--untuk ini sudah dijelaskan cukup mendetail pada topik sebelumnya.

Salahsatu cara umum yang dalam penamaan dan pendataan adalah memberi nama dengan menggunakan nomer kode (Mis : Untuk sapi FH betina dewasa FHDB-001, untuk sapi FH jantan FHDJ-001, untuk pedet FH jantan FHPJ-001, dan untuk pedet FH betina FHPB-001)

Penamaan menggunakan kode tidak masalah, tapi kalau jumlah sapi anda tidak terlalu banyak, akan lebih baik lagi kalau pemberian namanya lebih khas--seperti saya yang memberi nama sapi-sapi saya "inul", "desy", "memey", "iceu" dst--yang merasa namanya disebut, no offense, yah!

Ini bermaksud untuk memberikan rasa memiliki dan mempermudah kita mengenal sapi-sapi kita--dan terbukti, ketika anak kandang saya mengatakan kata "INUL" maka ingatan saya langsung mengarah ke sapi FH saya yang mendominasi warna hitam, besar badannya sekitar medium-besar, dan memiliki perangai cukup galak kepada yang tidak kenal!

Biasanya saya membuat sistem tabel dengan dua versi menggunakan microsoft excel, yaitu :
  1. Sistem manual, dicetak menggunakan printer--digandakan dengan foto-copy juga boleh--untuk diisi secara manual--alias ditulis tangan.
  2. Sistem digital, disimpan dalam data entry komputer atau laptop sebagai data cadangan sistem manual.
  3. Sistem notes, ini digunakan untuk dukungan data darurat, apabila sistem manual dan digital mengalami masalah--sedia payung sebelum hujan!

Pusing, yah?--Saya juga pusing menejelaskannya, kok! XD karena teori ini butuh bukti, nggak cuma penjabaran literatur juga--Saya coba bantu dengan memberikan beberapa screenshots-nya, yak!.. ;)


Ini salahsatu contoh dokumentasi sapi perah, terdiri dari nama, tanggal masuk (tanggal lahir untuk pedet yang lahir di kandang), harga beli, ciri-ciri fisiknya, plus dilengkapi foto dan logbook-nya.


dan yang ini adalah data entry-nya perahan sapi tiap harinya yang harus diisi--kelihatan naik-turunnya, kan? Lebih bagus lagi kalau diberikan keterangan pada sapi yang bersangkutan apabila ada peristiwa
-peristiwa penting pada saat pemerahan.


contoh data entry pemasukan susu perbulan dengan menggunakan format tabel grafik, everybody loves graphics--karena jauh lebih terasa ngeh naik-turunnya performa produksi kita ketimbang entry data sekedar angka-angka.

dan ini tabel performa tahunan--lengkap dengan jumlah sapi produktif yang dimiliki, direkomendasikan untuk audit tutup buku tahunan, sehingga terlihat perkembangan dan prospek ke depannya.


Lebih jelas, kan, sekarang?--Mudah-mudahan! :D Cuplikan-cuplikan berikut hanyalah sekedar basic-nya saja, sisanya--sebagai seorang moo-preneur--tinggal melakukan inovasi-inovasi baru dalam sistem pendataannya agar lebih menarik dan detail! ;)

PS : Screenshot yang dipake adalah data lama, sedangkan yang paling mutakhir--demi keamanan bangsa--ada di suatu tempat yang aman. *evilgrin*.



Kalau ada kesalahan itu memang murni dari saya--dan mohon dibantu untuk dikoreksi, apabila semuanya benar adanya itu semata-mata milik Yang Memiliki Ilmu.


Salam Moo-preneur!

Saturday, 15 October 2011

[Noob's Tricks] Cinta Sedarah Juga Berbahaya!

Ini adalah lanjutan dari sharing ilmu saya di postingan pengantar soal sapi FH, di mana sekilas saya menyempatkan diri untuk menunjukkan problem yang dihadapi peternakan kami pada khususnya, dan peternakan warga sekitar pada umumnya.

Incest atau dalam bahasa marketing-nya--Cinta Sedarah--nggak cuma berbahaya dan merugikan bagi umat manusia yang punya akal dan pikiran, tetapi juga bagi binatang--ternak khususnya--yang sangat menekankan kemurnian ras.

Hmm!.. Kedengaran rasis banget, eh?.. :D

Tujuan mempertahankan kemurnian ras yang saya tahu adalah sebagai berikut :
  1. Mempertahakan ciri-ciri fisik suatu ras/jenis tertentu agar lebih mudah dikenali (mis : warna BW yang dimiliki oleh sapi FH)
  2. Mempertahankan keunggulan-keunggulan khsus suatu ras/jenis tertentu (mis : kemampuan produksi susu sapi FH yang di atas rata-rata sapi perahan jenis lainnya)

Indonesia juga punya dua jenis sapi yang sudah terkenal, yaitu sapi madura dan sapi bali (Ya ,walau beda-beda tipis aja, sapi madura sama seperti sapi bali, tapi hanya punya punuk yang lebih menonjol), dan pemda setempat berusaha kedua jenis sapi tersebut tetap dilestarikan.


Okay!.. Kayaknya sudah cukup buat kata-kata pengantarnya!

Kelihatannya secara normatif semuanya serba simple, tapi kenyataan di lapangannya, kalau kata Mbak Peggy Melati Sukma---PUSYIIIINGGG!!.. *tepokjidat*

Kenapa dibilang pusing? Menurut pengalaman dan pengamatan saya, hal yang sangat mendasar adalah--tidak ada identitas dan malah tidak jalannya dokumentasi sapi-sapi yang ada di kawasan Tanjungsari--dan Indonesia pada umumnya!

Lha? Kayak orang aja harus punya identitas?! Tapi mau nggak mau, Saya akui, sapi dan binatang ternak lainnya juga perlu dan harus memiliki "KTP"! Dan ternyata nggak cuma saya yang menyadari hal ini, setelah saya belajar otodidak lebih dalam lagi, ternyata ear tag yang suka menempel di telinga-telinga sapi yang biasanya berasal dari sapi-sapi import/peternakan yang lebih besar.


KTP kayak ginian nggak bakal ilang, deh! Soalnya digantung di telinga, sih! *LOL

Beda, yah, KTP orang sama KTP sapi! Yah, 11-12 lah sama kartu identitas kita yang sering kita simpen di dompet untuk menghindari ancaman operasi yustisi atau melakukan registrasi resmi lainnya.

Tapi KTP-nya sapi kok cuma tulisan angka-angka aja? Ibarat judi buntut, nomer tersebut bukan sembarang nomer, nomer yang menggantung di ear tag itu berupa kode registrasi sapi tersebut yang terdiri dari :
  1. Si sapi keturunan pejantan siapa dan betina siapa.
  2. Si sapi berasal dari jenis sapi apa.
  3. Si sapi tinggal di kandang nomer berapa.
  4. Si sapi memiliki ciri khas seperti apa.
  5. Si sapi memiliki performa perahan berapa.
Sayangnya, ketika sapi-sapi import/peternakan skala besar dijual ke kalangan bandar sapi yang biasanya jadi reseller untuk peternak-peternak sapi yang lebih kecil lagi, tidak disertai dengan dokumentasi-dokumentasi tersebut, PLUS, minimnya--bahkan nggak ada--pengetahuan para peternak skala kecil/menengah untuk aware soal ini.

Hasilnya?! Perkawinan alami alias pemacakan dan perkawinan buatan lewat IB sering terjadi tak terkendali (Believe or not, kadang seekor sapi betina di-IB menggunakan straw sperma milik bokapnya--bahkan kakeknya sendiri!) dan berujung semakin turunnya kualitas baik fisik maupun performa sapi perah-sapi perah yang ada di Indonesia.

Well, pada awalnya ini seperti buah simalakama, kalau nggak dikawin--usaha sapi perah saya nggak bakal manjang dan nambah, dong! Kalau dikawin (sembarangan)--pedet-pedet yang lahir bakal menjadi sapi perah-sapi perah yang kualitasnya menurun!

Tapi, Alhamdulillah, setelah belajar dari para peternak lainnya dan hasil pengamatan sendiri, ada beberapa jurus-jurus tertentu untuk menjawab tantangan ini :

  1. Apabila menggunakan pemacakan. Lihat dengan teliti postur tubuh dan ciri-ciri fisik pejantan dan betina yang akan dijodohkan, kalau bisa--SEKECIL APAPUN! Karena kemungkinan besar, memiliki kemiripan dalam bentuk fisik maupun pola-pola totol di badan berarti memilik satu garis keturunan.
  2. Apabila menggunakan IB. Pastikan tahu identitas straw sperma yang diberikan--Biasanya, apabila diperoleh dari badan inseminasi yang bonafide, kita akan menemukan identitas sperma jantan siapa yang digunakan--apabila tahu, harap dicatat sebagai dokumentasi apabila, Insya Alloh, pedet hasil IB nanti lahir.
  3. Mencantumkan foto pasangan orang tua dengan berbagai posisi dan gaya (halagh!) bisa jadi nilai tambah untuk akurasi dokumentasi pedet--apalagi kalau orang tua pedet tersebut tidak memiliki identitas.
  4. Kalau punya satu pejantan di peternakan sendiri, lebih baik lagi diberi nama yang unik agar mudah diingat dan menambah akurasi dokumentasinya kelak.

Okay!.. Agar mencegah topik ini OOT, nanti saya akan sharing soal dokumentasi ternak di postingan Noob's Tricks berikutnya! ;)


Kalau ada kesalahan itu memang murni dari saya--dan mohon dibantu untuk dikoreksi, apabila semuanya benar adanya itu semata-mata milik Yang Memiliki Ilmu.


Salam Moo-preneur!

[Noob's Knowledges] Frisian Holstein, Ikon Sapi Perah Dunia


Pernah lihat sapi kayak gini?



Atau yang kayak gini?


Juga yang kayak gini??



Hmmm!.. Kayaknya pertanyaan saya di atas tadi bener-bener nggak penting banget, deh!.. Karena semua orang juga sudah pernah lihat (minimal di televisi atau di gambar-gambar) sapi perah ini.

Okay!.. Namanya memang "Sapi Perah", tapi ketika Saya pertama kali nyebur dalam dunia moo-preneur (ngarang mode on) saya cuma tahu kalau sapi betina yang warnanya hitam-putih itu namanya "Sapi Perah".

Padahaal!...

Sapi perah berciri khas BW (deuh, udah kayak dunia potograpi aja, neh!) ini memiliki nama asli, dan nama aslinya adalah "FRISIAN HOLSTEIN" alias "FRIES HOLLAND" alias "SAPI FH".

Ngomong-ngomong soal kata FH, kayaknya emang jodoh dengan usaha ini, karena kebetulan saya pernah mengenyam pendidikan kuliah di Fakultas Hukum yang memiliki singkatan sama, yaitu---FH!!.. *ROFL* Subhanallah! Subhanallah. :)

Sapi FH sendiri berasal dari negara Belanda, khususnya dari Provinsi Friesland yang berada di Belanda Utara, pasti kita pernah denger sekilas kata "FRESIAN/FRISIAN" ini!.. Yup! Frisian Flag, alias--Susu Bendera (dan logo bendera itu diadopsi dari bendera Provinsi Friesland)


Sooo similar, isn't it??.. ;)


Sapi FH memiliki ciri khas berikut ini :

  1. Tentunya, pola warna hitam-putih bercak-bercak yang begitu tersohor di seluruh penjuru dunia ini! ;D
  2. Bulu ujung ekor bewarna putih.
  3. Bulu bagian bawah sekitar paha hingga ujung betis biasanya dominan hitam atau putih membujur dari atas ke bawah.
  4. Ambing (Ambing? Apaan, tuh?! Ambing dalam bahasa manusianya adalah payudara! ;D) yang besar dan kokoh.
  5. Kepala yang mengerucut dengan posisi tanduk yang "menusuk" ke depan.

Sapi FH paling dominan jadi sapi perah di dunia karena kemampuan produksi susunya yang di atas rata-rata jenis-jenis sapi perah lainnya, yaitu dengan kemampuan 6000-8000 liter/tahun, atau 500-700 liter/bulan, atau 15-20 liter/hari.

Sapi FH pertama kali datang ke Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda circa akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang bertujuan untuk menaikkan kapasitas produksi susu di Hindia Belanda, peternakan sapi perah FH diperkirakan pertama kali di Cisarua dan Lembang (Whoa! Ternyata Lembang benar-benar lokasi legendaris untuk peternakan sapi perah!)

Yang saya tahu setelah itu, populasi sapi FH semakin berkembang dan menyebar ke seluruh wilayah Jawa Barat yang memiliki suhu udara yang dingin semacam Sukabumi, Pangalengan (Sing : Susu Murni Pangalengaan!~... XD), dan Tanjungsari.

Well, di sini, lah, lokasi kadang kami--Tanjungsari. Sohibul hikayat (karena kekurangan dari bangsa Indonesia adalah literatur verbal yang digunakan, ketimbang literatur tertulis) Tanjungsari--salahsatu kecamatan besar Kabupaten Sumedang--pertama kali didirikan pada circa tahun 1999 yang KONON adalah hasil dari proyek pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan warga sekitar dengan memelihara sapi perah FH.

Sayang seribu sayang, karena masih lack of knowledge dan cenderung pengetahuan para peternak awam didapat dari trials and errors, plus kurangnya sifat proaktif dari pemerintah yang diwakili oleh Departemen Pertanian--banyak bibit-bibit sapi FH yang "dirusak" keturunannya (Sebagian besar diakibatkan oleh pemacakan/pengawinan alami maupun pengawinan buatan lewat IB alias inseminasi buatan yang masih berkategori "incest")

Karena isu "incest" ini, lah, banyak terjadi sapi-sapi FH di Indonesia yang semakin menurun kualitas produksi susunya, dan lahir pedet (anak sapi)-pedet yang kurang berkualitas. (So guys! Beware of your sister-complex or brother-complex problems!:D)

Masalah kesehatan pun juga faktor "pamaeh" kualitas bibit seekor sapi, seperti :

  1. Ketika sapi bunting (IMHO, dari umur 3-9 bulan), kebutuhan gizi untuk perkembangan si jabang pedet (halagh!) tidak terpenuhi--kemungkinan besar pedet yang lahir dalam kondisi jelek.
  2. Pasca-kelahiran tidak juga diawasi dengan baik, sehingga bisa terkena infeksi penyakit dan menjadikan sapi bibit unggul mandul permanen.
  3. Masih ada yang membuang/menjual susu induk sapi yang masih mengandung colostrum ketimbang diberikan kepada si pedet, sehingga menghasilkan sapi yang kerdil, dan 4L (Lemah, Letih, Lesu, Letoy) serta doyan sakit-sakitan.
  4. Selama masa pertumbuhan pedet, kebutuhan pakan diberikan tidak sempurna, sehingga hasilnya menjadi sapi-sapi dewasa yang mini-mini.

Untuk masalah keturunan (duh, kok malah jadi kepikiran sinetron-sinetron opera sabun gitu, yak??) saya coba bahas di topik terpisah, yaitu di "Noob's Tricks". ;)


Kalau ada kesalahan itu memang murni dari saya--dan mohon dibantu untuk dikoreksi, apabila semuanya benar adanya itu semata-mata milik Yang Memiliki Ilmu.


Salam Moo-preneur!



[Nostalgila!] Episode Pertama : What The Mess?!!


Penampakan kandang kami yang lama, diambil pada awal Januari 2011, lokasinya berada di Dusun Cipelah, Desa Mekarbakti, Kecamatan Pamulihan, Sumedang, ketika keluarga kami mengakuisisi kembali kandang ini dari Pak Ujay.



Sebenernya blog ini ditulis ketika memperingati genap setahun saya mengabdi di usaha peternakan kedua orang tua saya ini--tepatnya 10 Januari 2011, di mana sepenuhnya saya membulatkan tekad untuk mengambilalih usaha peternakan sapi perah keluarga yang nyaris almarhum karena orang yang dipercayai oleh keluarga sebagai manager-nya--malah bertindak tidak amanah.

Tapi saya sudah keburu gatel--di mana gatelnya ini nggak akan bisa digaruk pake tangan--untuk membuat tulisan nostalgia nyaris setahun yang lalu, perkenankan saya untuk bercerita barang sejenak mengenai "masa-masa pengantin baru" yang akan dibagi jadi beberapa episode :



*****

Sohibul hikayat (halagh!) bapak saya--yang sering kami panggil Abah, dan untuk selanjutnya sebagai kata panggilan beliau nantinya--berminat mendirikan usaha peternakan sapi perah setelah terbuai dengan hitung-hitungan profit hasil dari perahan susu sapi murni yang disampaikan oleh Pak Ujay--rekanan Abah yang tidak amanah ini, dan ternyata beliau memang sudah jadi orang terkenal, tapi sayangnya beliau dikenal sebagai the big looser--karena banyak mengibuli, rajin berhutang, dan membawa kabur uang korban-korbannya, ya! Salahsatu dari korban itu adalah Abah sendiri!

Waktu itu Pak Ujay menunjukkan kesuksesan semunya berupa kandang sapi perah di Dusun Cipacing, Desa Mekarbakti, Kecamatan Pamulihan, Sumedang, kepada kami sekeluarga sebagai langkah pertama untuk memutuskan masuk-tidaknya dalam bisnis sapi perah ini.

Maklum, waktu itu sekitar kurang-lebih enam tahun lagi Abah pensiun, kita tahu yang namanya pensiun, pemasukannya akan jauh lebih kecil ketimbang ketika beliau masih bekerja--dan sampai sekarang Abah masih bekerja dengan penuh semangat di sebuah perusahaan migas di Kalimantan Timur.

Impresi pertama saya waktu itu adalah--Baru pertama kali saya melihat kandang sapi terjorok di dunia--benar-benar seperti langit dan bumi dengan peternakan-peternakan sapi perah yang sukses di televisi-televisi!!

Kotoran sapi yang semi-semi encer di buang di sembarang tempat, bahkan sampai nyasar ke daerah tetangga, bahkan--kotoran yang baru saja di-bom oleh sapi-sapinya Pak Ujay dibiarkan ngejogrok di pinggir saluran kotoran tidak segera dibersihkan oleh pegawainya, sapi pun kuleheu, terlihat seperti jarang dimandikan, bahkan sisa-sisa kotoran yang biasanya tertimpa ketika sapi bersantai, terlihat menempel permanen seperti tempelan acian semen.

Tapi entah kenapa--tapi saya akui, he's a damn marketeer, and we ALL dumb customers! Pak Ujay benar-benar meyakinkan kami kalau rupiah-rupiah yang akan kami dapat jauh lebih menggiurkan daripada bubur buangan sapi, sehingga akhirnya Abah--sebagai "pemegang saham" sudah terlihat memasang kuda-kuda 50 persen untuk terjun ke dunia pertoketan ternak ini.

Lalu beberapa hari kemudian, Saya dan Abah berkunjung ke peternakan sapi perah milik Pak Endiek--beliau adalah teman semilis Abah dalam wadah Forum Peternak Sapi Indonesia, di mana gegedug sapi potong dan sapi perah berbagi pengalaman dan ilmunya--yang setahu saya berada di Dusun Ranggeng, Desa Cikondang, Kecamatan Pamulihan, Sumedang--kalau secara faktual, jarak antara Cipacing dengan Ranggeng hanya berkisar 800 meter saja.

So, lads and gents!--Saya benar-benar tercengang ketika melihat peternakan Pak Endiek--Benar-benar jauh panggang daripada api dengan kandang Pak Ujay yang sukses besar! Kandangnya benar-benar seperti ada yang di televisi-televisi, yang di mana disebut kandangnya peternak papan atas--walau beliau mengakui, masih pusing tujuh keliling mengurusi betina-betinanya yang waktu itu berjumlah 50 ekor lebih PLUS dengan pedet-pedetnya yang memiliki kandang sendiri-- yang luasnya bisa dipakai untuk mereka main.

Dan akhirnya, Abah memutuskan untuk terjun ke dunia peternakan sapi perah!

Entah berapa waktu (tanpa kenal lelah menyempatkan diri mengurusnya di tengah-tengah masa perjalanan dinas) dan uang (hasil kumpul-kumpul gaji di buku tabungan) yang dicurahkan untuk mempunyai tanah dan membangun sebuah kandang pribadi berkapasitas 12 ekor sapi dewasa--lengkap dengan sapi-sapinya--di Dusun Cipelah, Desa Mekarbakti, Kecamatan Pamulihan, Sumedang--Ya! Di sini Kiara Dairy Farm lahir, namun waktu itu masih tanpa nama.

Karena Abah masih bekerja, maka perkembangan peternakan ini dipercayakan kepada Pak Ujay, dengan pertimbangan beliau lebih berpengalaman dalam usaha sapi perah ini, namun Saya waktu itu bertugas untuk memonitor perkembangan di sana.

Emang dasar waktu itu saya masih brengsek, saya mengingkari amanah dari Abah--untuk rutin mengontrol perkembangan kandangnya--karena waktu itu saya memang tidak punya minat sama sekali dalam dunia peternakan dan salahsatunya--jauuuh! Antara Bandung dan Sumedang, apalagi waktu itu saya masih pakai motor supra keluaran tahun 2001, entah setengah tahun sekali atau bahkan setahun sekali saya mengunjungi kandang--dan itu harus diomeli duet orang tua dengan intonasi suara yang sudah murka!

Ketika saya berniat untuk inspeksi "mendadak", saya harus membuat janji dengan Pak Ujay untuk berangkat sama-sama ke kandang, dan ternyata, ketika saya berada di sana--semuanya baik-baik saja--kandang sapi bersih mengkilap, pegawai bekerja dengan giat, dan sapi terlihat makan dengan lahapnya dan begitu tenang ketika diperah susunya--persis sekali iklan propaganda jaman Nazi atau rezim Kim-Jong-Il Korea Utara.

Well, serapat-rapatnya menutup bangkai--akhirnya tercium juga dan sepintar-pintarnya Pak Ujay bermanuver--akhirnya ia mati langkah juga, itu terjadi ketika Mamah mulai ngomel mempertanyakan ke mana uang setoran susu yang sudah ngataun-taun tidak pernah masuk ke rekening orang tua.

Beliau pun berkilah kalau uang tersebut dengan inisiatifnya digunakan untuk diputarkan dan dikembangkan untuk usaha peternakan ala CV ini dengan menambah sapi potong dan mengganti sapi perah lokal jadi sapi perah bule--import dari Australia yang waktu itu harganya nyaris 20 jutaan rupiah.

Memang ketika sidak, sapi-sapi tersebut ada, namun lagi-lagi ketika ditanya bagian kaminya, he had another excuses again--sapi Australi kami mati, lah, uang hasil penjualan sapi potong akan dialihkan untuk pengembangan kandang lagi dan untuk menutupi biaya operasional kandang--yang tidak sama sekali kami pernah lihat laporan keuangannya.

Alhamdulillah, kami diberi rizki oleh Yang Maha Kaya sebuah mobil toyota avanza merah--dibayar tunai pula! Subhanallah!--Dan kami memutuskan untuk sidak mendadak secara mandiri, tanpa bilang-bilang ke Pak Ujay.

Dan ketika kami melakukan sidak di kandang?...


JENG!!.. JENG!!.. JENG!!...

Mulai ketahuan, deh, belangnya, ketika kami melihat kondisi kandang kami yang sebenarnya--baik laporan pandangan mata, juga laporan nara sumber-nara sumber berupa pegawai dan tetangga sekitar--sometimes, gossips is more factual than news.

Kandang kami benar-benar tidak terurus! Sapi-sapi perah yang ada di situ benar-benar dalam kondisi mengenaskan, karena mereka hanya diberikan pakan jerami kering, pakan konsentrat dan ampas tahu yang bertumpuk-tumpuk sudah terlihat jarang-jarang dan seadanya--ini karena pemasok pakan kesal karena Pak Ujay tidak membayar-bayar utang pakan yang bertumpuk-tumpuk hingga belasan juta rupiah.

Kebersihan kandang pun luar biasa ngenesnya!--Pokoknya sudah 11-12 dengan kandang Pak Ujay yang berada di Cipacing, Astaghfirullahaladzieem!!.. Saya masih ingat di mana penuh dengan sarang laba-laba di setiap kuda-kuda tiang kandang dan wadah minum ternak jadi sarang jentik nyamuk karena begitu tebal kerak lumutnya karena tidak pernah dibersihkan oleh pegawai.

Pegawai kandang pun mengeluhkan sudah hampir tiga bulan mereka tidak digaji! Ya Allah! Padahal beliau mengatakan semua pengeluaran operasional selama ini--BAIK-BAIK SAJA!!

Entah berapa banyak perbuatan wanprestasi yang beliau perbuat sehingga saya sendiri sampai malas untuk menjabarkannya di blog ini--Pokoknya, Saya berdoa dengan sungguh-sungguh agar tidak ikut-ikutan memiliki tingkah-polah seperti Pak Ujay--atau bahkan lebih buruk lagi!


Mohon maaf apabila saya mengetik kata.. NAUDZUBILLAH!




Salam Moo-preneur.