Saturday, 15 October 2011

[Noob's Knowledges] Frisian Holstein, Ikon Sapi Perah Dunia


Pernah lihat sapi kayak gini?



Atau yang kayak gini?


Juga yang kayak gini??



Hmmm!.. Kayaknya pertanyaan saya di atas tadi bener-bener nggak penting banget, deh!.. Karena semua orang juga sudah pernah lihat (minimal di televisi atau di gambar-gambar) sapi perah ini.

Okay!.. Namanya memang "Sapi Perah", tapi ketika Saya pertama kali nyebur dalam dunia moo-preneur (ngarang mode on) saya cuma tahu kalau sapi betina yang warnanya hitam-putih itu namanya "Sapi Perah".

Padahaal!...

Sapi perah berciri khas BW (deuh, udah kayak dunia potograpi aja, neh!) ini memiliki nama asli, dan nama aslinya adalah "FRISIAN HOLSTEIN" alias "FRIES HOLLAND" alias "SAPI FH".

Ngomong-ngomong soal kata FH, kayaknya emang jodoh dengan usaha ini, karena kebetulan saya pernah mengenyam pendidikan kuliah di Fakultas Hukum yang memiliki singkatan sama, yaitu---FH!!.. *ROFL* Subhanallah! Subhanallah. :)

Sapi FH sendiri berasal dari negara Belanda, khususnya dari Provinsi Friesland yang berada di Belanda Utara, pasti kita pernah denger sekilas kata "FRESIAN/FRISIAN" ini!.. Yup! Frisian Flag, alias--Susu Bendera (dan logo bendera itu diadopsi dari bendera Provinsi Friesland)


Sooo similar, isn't it??.. ;)


Sapi FH memiliki ciri khas berikut ini :

  1. Tentunya, pola warna hitam-putih bercak-bercak yang begitu tersohor di seluruh penjuru dunia ini! ;D
  2. Bulu ujung ekor bewarna putih.
  3. Bulu bagian bawah sekitar paha hingga ujung betis biasanya dominan hitam atau putih membujur dari atas ke bawah.
  4. Ambing (Ambing? Apaan, tuh?! Ambing dalam bahasa manusianya adalah payudara! ;D) yang besar dan kokoh.
  5. Kepala yang mengerucut dengan posisi tanduk yang "menusuk" ke depan.

Sapi FH paling dominan jadi sapi perah di dunia karena kemampuan produksi susunya yang di atas rata-rata jenis-jenis sapi perah lainnya, yaitu dengan kemampuan 6000-8000 liter/tahun, atau 500-700 liter/bulan, atau 15-20 liter/hari.

Sapi FH pertama kali datang ke Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda circa akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang bertujuan untuk menaikkan kapasitas produksi susu di Hindia Belanda, peternakan sapi perah FH diperkirakan pertama kali di Cisarua dan Lembang (Whoa! Ternyata Lembang benar-benar lokasi legendaris untuk peternakan sapi perah!)

Yang saya tahu setelah itu, populasi sapi FH semakin berkembang dan menyebar ke seluruh wilayah Jawa Barat yang memiliki suhu udara yang dingin semacam Sukabumi, Pangalengan (Sing : Susu Murni Pangalengaan!~... XD), dan Tanjungsari.

Well, di sini, lah, lokasi kadang kami--Tanjungsari. Sohibul hikayat (karena kekurangan dari bangsa Indonesia adalah literatur verbal yang digunakan, ketimbang literatur tertulis) Tanjungsari--salahsatu kecamatan besar Kabupaten Sumedang--pertama kali didirikan pada circa tahun 1999 yang KONON adalah hasil dari proyek pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan warga sekitar dengan memelihara sapi perah FH.

Sayang seribu sayang, karena masih lack of knowledge dan cenderung pengetahuan para peternak awam didapat dari trials and errors, plus kurangnya sifat proaktif dari pemerintah yang diwakili oleh Departemen Pertanian--banyak bibit-bibit sapi FH yang "dirusak" keturunannya (Sebagian besar diakibatkan oleh pemacakan/pengawinan alami maupun pengawinan buatan lewat IB alias inseminasi buatan yang masih berkategori "incest")

Karena isu "incest" ini, lah, banyak terjadi sapi-sapi FH di Indonesia yang semakin menurun kualitas produksi susunya, dan lahir pedet (anak sapi)-pedet yang kurang berkualitas. (So guys! Beware of your sister-complex or brother-complex problems!:D)

Masalah kesehatan pun juga faktor "pamaeh" kualitas bibit seekor sapi, seperti :

  1. Ketika sapi bunting (IMHO, dari umur 3-9 bulan), kebutuhan gizi untuk perkembangan si jabang pedet (halagh!) tidak terpenuhi--kemungkinan besar pedet yang lahir dalam kondisi jelek.
  2. Pasca-kelahiran tidak juga diawasi dengan baik, sehingga bisa terkena infeksi penyakit dan menjadikan sapi bibit unggul mandul permanen.
  3. Masih ada yang membuang/menjual susu induk sapi yang masih mengandung colostrum ketimbang diberikan kepada si pedet, sehingga menghasilkan sapi yang kerdil, dan 4L (Lemah, Letih, Lesu, Letoy) serta doyan sakit-sakitan.
  4. Selama masa pertumbuhan pedet, kebutuhan pakan diberikan tidak sempurna, sehingga hasilnya menjadi sapi-sapi dewasa yang mini-mini.

Untuk masalah keturunan (duh, kok malah jadi kepikiran sinetron-sinetron opera sabun gitu, yak??) saya coba bahas di topik terpisah, yaitu di "Noob's Tricks". ;)


Kalau ada kesalahan itu memang murni dari saya--dan mohon dibantu untuk dikoreksi, apabila semuanya benar adanya itu semata-mata milik Yang Memiliki Ilmu.


Salam Moo-preneur!



No comments:

Post a Comment

Komentar, masukan, saran, atau kritik--WELCOME!! Asal masih dirasa sesuai dengan norma kesopanan bangsa kita. Saya yakin kita semua orang yang beragama, dewasa, dan berpendidikan. ;)