Saturday, 15 October 2011

[Noob's Tricks] Cinta Sedarah Juga Berbahaya!

Ini adalah lanjutan dari sharing ilmu saya di postingan pengantar soal sapi FH, di mana sekilas saya menyempatkan diri untuk menunjukkan problem yang dihadapi peternakan kami pada khususnya, dan peternakan warga sekitar pada umumnya.

Incest atau dalam bahasa marketing-nya--Cinta Sedarah--nggak cuma berbahaya dan merugikan bagi umat manusia yang punya akal dan pikiran, tetapi juga bagi binatang--ternak khususnya--yang sangat menekankan kemurnian ras.

Hmm!.. Kedengaran rasis banget, eh?.. :D

Tujuan mempertahankan kemurnian ras yang saya tahu adalah sebagai berikut :
  1. Mempertahakan ciri-ciri fisik suatu ras/jenis tertentu agar lebih mudah dikenali (mis : warna BW yang dimiliki oleh sapi FH)
  2. Mempertahankan keunggulan-keunggulan khsus suatu ras/jenis tertentu (mis : kemampuan produksi susu sapi FH yang di atas rata-rata sapi perahan jenis lainnya)

Indonesia juga punya dua jenis sapi yang sudah terkenal, yaitu sapi madura dan sapi bali (Ya ,walau beda-beda tipis aja, sapi madura sama seperti sapi bali, tapi hanya punya punuk yang lebih menonjol), dan pemda setempat berusaha kedua jenis sapi tersebut tetap dilestarikan.


Okay!.. Kayaknya sudah cukup buat kata-kata pengantarnya!

Kelihatannya secara normatif semuanya serba simple, tapi kenyataan di lapangannya, kalau kata Mbak Peggy Melati Sukma---PUSYIIIINGGG!!.. *tepokjidat*

Kenapa dibilang pusing? Menurut pengalaman dan pengamatan saya, hal yang sangat mendasar adalah--tidak ada identitas dan malah tidak jalannya dokumentasi sapi-sapi yang ada di kawasan Tanjungsari--dan Indonesia pada umumnya!

Lha? Kayak orang aja harus punya identitas?! Tapi mau nggak mau, Saya akui, sapi dan binatang ternak lainnya juga perlu dan harus memiliki "KTP"! Dan ternyata nggak cuma saya yang menyadari hal ini, setelah saya belajar otodidak lebih dalam lagi, ternyata ear tag yang suka menempel di telinga-telinga sapi yang biasanya berasal dari sapi-sapi import/peternakan yang lebih besar.


KTP kayak ginian nggak bakal ilang, deh! Soalnya digantung di telinga, sih! *LOL

Beda, yah, KTP orang sama KTP sapi! Yah, 11-12 lah sama kartu identitas kita yang sering kita simpen di dompet untuk menghindari ancaman operasi yustisi atau melakukan registrasi resmi lainnya.

Tapi KTP-nya sapi kok cuma tulisan angka-angka aja? Ibarat judi buntut, nomer tersebut bukan sembarang nomer, nomer yang menggantung di ear tag itu berupa kode registrasi sapi tersebut yang terdiri dari :
  1. Si sapi keturunan pejantan siapa dan betina siapa.
  2. Si sapi berasal dari jenis sapi apa.
  3. Si sapi tinggal di kandang nomer berapa.
  4. Si sapi memiliki ciri khas seperti apa.
  5. Si sapi memiliki performa perahan berapa.
Sayangnya, ketika sapi-sapi import/peternakan skala besar dijual ke kalangan bandar sapi yang biasanya jadi reseller untuk peternak-peternak sapi yang lebih kecil lagi, tidak disertai dengan dokumentasi-dokumentasi tersebut, PLUS, minimnya--bahkan nggak ada--pengetahuan para peternak skala kecil/menengah untuk aware soal ini.

Hasilnya?! Perkawinan alami alias pemacakan dan perkawinan buatan lewat IB sering terjadi tak terkendali (Believe or not, kadang seekor sapi betina di-IB menggunakan straw sperma milik bokapnya--bahkan kakeknya sendiri!) dan berujung semakin turunnya kualitas baik fisik maupun performa sapi perah-sapi perah yang ada di Indonesia.

Well, pada awalnya ini seperti buah simalakama, kalau nggak dikawin--usaha sapi perah saya nggak bakal manjang dan nambah, dong! Kalau dikawin (sembarangan)--pedet-pedet yang lahir bakal menjadi sapi perah-sapi perah yang kualitasnya menurun!

Tapi, Alhamdulillah, setelah belajar dari para peternak lainnya dan hasil pengamatan sendiri, ada beberapa jurus-jurus tertentu untuk menjawab tantangan ini :

  1. Apabila menggunakan pemacakan. Lihat dengan teliti postur tubuh dan ciri-ciri fisik pejantan dan betina yang akan dijodohkan, kalau bisa--SEKECIL APAPUN! Karena kemungkinan besar, memiliki kemiripan dalam bentuk fisik maupun pola-pola totol di badan berarti memilik satu garis keturunan.
  2. Apabila menggunakan IB. Pastikan tahu identitas straw sperma yang diberikan--Biasanya, apabila diperoleh dari badan inseminasi yang bonafide, kita akan menemukan identitas sperma jantan siapa yang digunakan--apabila tahu, harap dicatat sebagai dokumentasi apabila, Insya Alloh, pedet hasil IB nanti lahir.
  3. Mencantumkan foto pasangan orang tua dengan berbagai posisi dan gaya (halagh!) bisa jadi nilai tambah untuk akurasi dokumentasi pedet--apalagi kalau orang tua pedet tersebut tidak memiliki identitas.
  4. Kalau punya satu pejantan di peternakan sendiri, lebih baik lagi diberi nama yang unik agar mudah diingat dan menambah akurasi dokumentasinya kelak.

Okay!.. Agar mencegah topik ini OOT, nanti saya akan sharing soal dokumentasi ternak di postingan Noob's Tricks berikutnya! ;)


Kalau ada kesalahan itu memang murni dari saya--dan mohon dibantu untuk dikoreksi, apabila semuanya benar adanya itu semata-mata milik Yang Memiliki Ilmu.


Salam Moo-preneur!

No comments:

Post a Comment

Komentar, masukan, saran, atau kritik--WELCOME!! Asal masih dirasa sesuai dengan norma kesopanan bangsa kita. Saya yakin kita semua orang yang beragama, dewasa, dan berpendidikan. ;)