Saturday, 15 October 2011

[Nostalgila!] Episode Pertama : What The Mess?!!


Penampakan kandang kami yang lama, diambil pada awal Januari 2011, lokasinya berada di Dusun Cipelah, Desa Mekarbakti, Kecamatan Pamulihan, Sumedang, ketika keluarga kami mengakuisisi kembali kandang ini dari Pak Ujay.



Sebenernya blog ini ditulis ketika memperingati genap setahun saya mengabdi di usaha peternakan kedua orang tua saya ini--tepatnya 10 Januari 2011, di mana sepenuhnya saya membulatkan tekad untuk mengambilalih usaha peternakan sapi perah keluarga yang nyaris almarhum karena orang yang dipercayai oleh keluarga sebagai manager-nya--malah bertindak tidak amanah.

Tapi saya sudah keburu gatel--di mana gatelnya ini nggak akan bisa digaruk pake tangan--untuk membuat tulisan nostalgia nyaris setahun yang lalu, perkenankan saya untuk bercerita barang sejenak mengenai "masa-masa pengantin baru" yang akan dibagi jadi beberapa episode :



*****

Sohibul hikayat (halagh!) bapak saya--yang sering kami panggil Abah, dan untuk selanjutnya sebagai kata panggilan beliau nantinya--berminat mendirikan usaha peternakan sapi perah setelah terbuai dengan hitung-hitungan profit hasil dari perahan susu sapi murni yang disampaikan oleh Pak Ujay--rekanan Abah yang tidak amanah ini, dan ternyata beliau memang sudah jadi orang terkenal, tapi sayangnya beliau dikenal sebagai the big looser--karena banyak mengibuli, rajin berhutang, dan membawa kabur uang korban-korbannya, ya! Salahsatu dari korban itu adalah Abah sendiri!

Waktu itu Pak Ujay menunjukkan kesuksesan semunya berupa kandang sapi perah di Dusun Cipacing, Desa Mekarbakti, Kecamatan Pamulihan, Sumedang, kepada kami sekeluarga sebagai langkah pertama untuk memutuskan masuk-tidaknya dalam bisnis sapi perah ini.

Maklum, waktu itu sekitar kurang-lebih enam tahun lagi Abah pensiun, kita tahu yang namanya pensiun, pemasukannya akan jauh lebih kecil ketimbang ketika beliau masih bekerja--dan sampai sekarang Abah masih bekerja dengan penuh semangat di sebuah perusahaan migas di Kalimantan Timur.

Impresi pertama saya waktu itu adalah--Baru pertama kali saya melihat kandang sapi terjorok di dunia--benar-benar seperti langit dan bumi dengan peternakan-peternakan sapi perah yang sukses di televisi-televisi!!

Kotoran sapi yang semi-semi encer di buang di sembarang tempat, bahkan sampai nyasar ke daerah tetangga, bahkan--kotoran yang baru saja di-bom oleh sapi-sapinya Pak Ujay dibiarkan ngejogrok di pinggir saluran kotoran tidak segera dibersihkan oleh pegawainya, sapi pun kuleheu, terlihat seperti jarang dimandikan, bahkan sisa-sisa kotoran yang biasanya tertimpa ketika sapi bersantai, terlihat menempel permanen seperti tempelan acian semen.

Tapi entah kenapa--tapi saya akui, he's a damn marketeer, and we ALL dumb customers! Pak Ujay benar-benar meyakinkan kami kalau rupiah-rupiah yang akan kami dapat jauh lebih menggiurkan daripada bubur buangan sapi, sehingga akhirnya Abah--sebagai "pemegang saham" sudah terlihat memasang kuda-kuda 50 persen untuk terjun ke dunia pertoketan ternak ini.

Lalu beberapa hari kemudian, Saya dan Abah berkunjung ke peternakan sapi perah milik Pak Endiek--beliau adalah teman semilis Abah dalam wadah Forum Peternak Sapi Indonesia, di mana gegedug sapi potong dan sapi perah berbagi pengalaman dan ilmunya--yang setahu saya berada di Dusun Ranggeng, Desa Cikondang, Kecamatan Pamulihan, Sumedang--kalau secara faktual, jarak antara Cipacing dengan Ranggeng hanya berkisar 800 meter saja.

So, lads and gents!--Saya benar-benar tercengang ketika melihat peternakan Pak Endiek--Benar-benar jauh panggang daripada api dengan kandang Pak Ujay yang sukses besar! Kandangnya benar-benar seperti ada yang di televisi-televisi, yang di mana disebut kandangnya peternak papan atas--walau beliau mengakui, masih pusing tujuh keliling mengurusi betina-betinanya yang waktu itu berjumlah 50 ekor lebih PLUS dengan pedet-pedetnya yang memiliki kandang sendiri-- yang luasnya bisa dipakai untuk mereka main.

Dan akhirnya, Abah memutuskan untuk terjun ke dunia peternakan sapi perah!

Entah berapa waktu (tanpa kenal lelah menyempatkan diri mengurusnya di tengah-tengah masa perjalanan dinas) dan uang (hasil kumpul-kumpul gaji di buku tabungan) yang dicurahkan untuk mempunyai tanah dan membangun sebuah kandang pribadi berkapasitas 12 ekor sapi dewasa--lengkap dengan sapi-sapinya--di Dusun Cipelah, Desa Mekarbakti, Kecamatan Pamulihan, Sumedang--Ya! Di sini Kiara Dairy Farm lahir, namun waktu itu masih tanpa nama.

Karena Abah masih bekerja, maka perkembangan peternakan ini dipercayakan kepada Pak Ujay, dengan pertimbangan beliau lebih berpengalaman dalam usaha sapi perah ini, namun Saya waktu itu bertugas untuk memonitor perkembangan di sana.

Emang dasar waktu itu saya masih brengsek, saya mengingkari amanah dari Abah--untuk rutin mengontrol perkembangan kandangnya--karena waktu itu saya memang tidak punya minat sama sekali dalam dunia peternakan dan salahsatunya--jauuuh! Antara Bandung dan Sumedang, apalagi waktu itu saya masih pakai motor supra keluaran tahun 2001, entah setengah tahun sekali atau bahkan setahun sekali saya mengunjungi kandang--dan itu harus diomeli duet orang tua dengan intonasi suara yang sudah murka!

Ketika saya berniat untuk inspeksi "mendadak", saya harus membuat janji dengan Pak Ujay untuk berangkat sama-sama ke kandang, dan ternyata, ketika saya berada di sana--semuanya baik-baik saja--kandang sapi bersih mengkilap, pegawai bekerja dengan giat, dan sapi terlihat makan dengan lahapnya dan begitu tenang ketika diperah susunya--persis sekali iklan propaganda jaman Nazi atau rezim Kim-Jong-Il Korea Utara.

Well, serapat-rapatnya menutup bangkai--akhirnya tercium juga dan sepintar-pintarnya Pak Ujay bermanuver--akhirnya ia mati langkah juga, itu terjadi ketika Mamah mulai ngomel mempertanyakan ke mana uang setoran susu yang sudah ngataun-taun tidak pernah masuk ke rekening orang tua.

Beliau pun berkilah kalau uang tersebut dengan inisiatifnya digunakan untuk diputarkan dan dikembangkan untuk usaha peternakan ala CV ini dengan menambah sapi potong dan mengganti sapi perah lokal jadi sapi perah bule--import dari Australia yang waktu itu harganya nyaris 20 jutaan rupiah.

Memang ketika sidak, sapi-sapi tersebut ada, namun lagi-lagi ketika ditanya bagian kaminya, he had another excuses again--sapi Australi kami mati, lah, uang hasil penjualan sapi potong akan dialihkan untuk pengembangan kandang lagi dan untuk menutupi biaya operasional kandang--yang tidak sama sekali kami pernah lihat laporan keuangannya.

Alhamdulillah, kami diberi rizki oleh Yang Maha Kaya sebuah mobil toyota avanza merah--dibayar tunai pula! Subhanallah!--Dan kami memutuskan untuk sidak mendadak secara mandiri, tanpa bilang-bilang ke Pak Ujay.

Dan ketika kami melakukan sidak di kandang?...


JENG!!.. JENG!!.. JENG!!...

Mulai ketahuan, deh, belangnya, ketika kami melihat kondisi kandang kami yang sebenarnya--baik laporan pandangan mata, juga laporan nara sumber-nara sumber berupa pegawai dan tetangga sekitar--sometimes, gossips is more factual than news.

Kandang kami benar-benar tidak terurus! Sapi-sapi perah yang ada di situ benar-benar dalam kondisi mengenaskan, karena mereka hanya diberikan pakan jerami kering, pakan konsentrat dan ampas tahu yang bertumpuk-tumpuk sudah terlihat jarang-jarang dan seadanya--ini karena pemasok pakan kesal karena Pak Ujay tidak membayar-bayar utang pakan yang bertumpuk-tumpuk hingga belasan juta rupiah.

Kebersihan kandang pun luar biasa ngenesnya!--Pokoknya sudah 11-12 dengan kandang Pak Ujay yang berada di Cipacing, Astaghfirullahaladzieem!!.. Saya masih ingat di mana penuh dengan sarang laba-laba di setiap kuda-kuda tiang kandang dan wadah minum ternak jadi sarang jentik nyamuk karena begitu tebal kerak lumutnya karena tidak pernah dibersihkan oleh pegawai.

Pegawai kandang pun mengeluhkan sudah hampir tiga bulan mereka tidak digaji! Ya Allah! Padahal beliau mengatakan semua pengeluaran operasional selama ini--BAIK-BAIK SAJA!!

Entah berapa banyak perbuatan wanprestasi yang beliau perbuat sehingga saya sendiri sampai malas untuk menjabarkannya di blog ini--Pokoknya, Saya berdoa dengan sungguh-sungguh agar tidak ikut-ikutan memiliki tingkah-polah seperti Pak Ujay--atau bahkan lebih buruk lagi!


Mohon maaf apabila saya mengetik kata.. NAUDZUBILLAH!




Salam Moo-preneur.

No comments:

Post a Comment

Komentar, masukan, saran, atau kritik--WELCOME!! Asal masih dirasa sesuai dengan norma kesopanan bangsa kita. Saya yakin kita semua orang yang beragama, dewasa, dan berpendidikan. ;)